Tragis Tragedi

Lampu-lampu malam mulai redup, menyisakan seberkas sinar bintang yang buram. Seakan enggan untuk menerangi jalan para pengelana keglapan. Entah darimana, muncul bisikan-bisikan aneh yang tiba-tiba menggerakkan setiap helai bulu roma, seakan mau bersembunyi didalam dompet-dompet tebal para koruptor yang sarat akan uang panas. Semakin lama semakin jelas bisikan kengerian malam ini terdengar, makin jelas, tambah jelas, lebih nyaring, dan akhirnya, hilang bagai ditelan goa-goa rumah bordir yang sulit ditembus oleh para penegak hukum. Seakan ditelan puluhan mulut-mulut lapar gelandangan, suara itu hilang.
Seorang tua bangka melangkah dengan menggesak-gesekkan kakinya kelumpur jalanan, menghasilkan bunyi kecipak tanah bercampur air, yang menjijikan untuk didengar. Menyeret-menyeret benda besar tak terklarifikasi dari jauh, mayatkah?, karduskah?, makanankah,? Benda itu dibungkus kresek hitam bekas tempat sampah, langkah gontai Si Tua menghentakkan jiwa seakan menghina, "pernahkah kau berjalan seperti ini??", merobek hati, "coba saja suatu saat kau berjalan seperti!!!" Namun sayang, Si Tua hanya diacuhkan segerombolan tikus-tikus got, besar, bau, menjijiikkan, memukkan.

Sedan keluaran baru yang belum terdaftar dipasaran, melesat dengan kecepatan yang pasti takkan pernah bisa dikejar seonggok Pespa tua karatan. Didalamnya, duduk orang dengan mata menghitam dan bengkak, kurang tidur mungkin, bisa jadi baru pulang menghabiskan uang nenek moyang yang takkan habis tujuh turunan, atau bisa saja siap uji coba merebut sabuk juara dunia dari tyson-tyson muda yang tak memiliki sangsana  memadai.

Pertigaan. Lampu kunig kedip-kedip menandakan jalananan sudah tak ramai lagi. Si Tua muncul dari sudut jalan yang msih basah, hujan tadi sore masih menyisakan genangan air. Berjalan berusaha melintasi dunia yang berbeda. Menuju kegerlepan metropolitan. Menyeruak dari kegelapan persembunyian para tikus, yang terganggu oleh kedatangannya. Sedan putih masih melesat dengan kecepatan Gundala Putra Petir. Ternyata Si Supir dengan mata hitam lebam adalah pria. Terlihaat jelas dari kemeja dan dadanya yang rata. Memang benar dia pria, tapi aneh, parasnya tak menunjukkan itu sedikitpun, haaa, dia mungkin para lelaki cantik yang baru pulang dari gedung-gedung kerlap-kerlip dengan musik yang menghentakkan, dan pasti tak seorangpun yang mampu menghafal liriknya satu kali dengar.

Bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metodologi Studi Islam (Fikih, Tasawuf dan Filsafat

Aliran Mu'tazilah dan Syi'ah

EGO